24.4.09

Jangan ada lagi


Hari ini rasanya segar sekali karena tadi malam hujan. Aku berfikir bagaimana aku besok. Dengan cita-cita yang belum menentu, tapi tak apalah hidup penuh suka dan duka aku harus bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. 

" Ris!!diam saja, nanti kemasukan setan loh!!" sapa sahabatku yang sedang sibuk membawa novel-novelnya yang baru. 
"ah!!kamu Tit menggangu orang saja" aku menjawab sambil menepuk punggung Tita yang duduk di sebelahku. 
"kamu sedirian disini mau ngapain?"Tanya Tita padaku.
 "emmm….lagi memikirkan sesuatu hal yang berguna untuk aku kedepan!". Aku bingung harus menjawab pertanyaan Tita tadi, yang sebenarnya aku belum tahu jawabannya.  
"Tit, kamu mau mendengarkan ceritaku tidak?" tanyaku pada Tita yang sibuk membolak-balik novelnya.  
"ada apa Ris? kok serius banget kayaknya!" Tita menatapku dengan tajam. 

"mama papaku bercerai!" aku menatap langit berharap keajaiban datang padaku.

"APA!!ah..bohong kamu Ris?" Tita tak percaya. 

"sungguh aku tak bercanda Tit, rasanya aku ingin menangis tapi aku tak bisa. Karena aku harus kuat di hadapan adikku". Rasanya malu sekali saat aku menceritakan ini pada Tita.

"setiap hari mama papaku bertengkar hebat, apapun masalahnya mereka selalu bertengkar. Adikku Doni sampai takut melihat mama papaku!

" mataku mulai meneteskan air mata tetes demi tetes. 
"aku pernah melerai mereka berdua, tapi apa yang aku dapat! Aku mendapat tamparan dari papaku". 

Mama papa yang aku kenal kini berbeda mereka tak sadar bahwa anak-anaknya menangis di belakang mereka.

"Ris, kalau memang benar mama papamu bercerai, ini memang takdir dari tuhan. Kita anak-anaknya cuma jadi kambing congek mereka". Tita menghiburku. 

 Tuhan kenapa harus keluargaku yang mendapatkan takdir ini.

"aku tau Tita, adikku yang aku cemaskan dia belum siap untuk menerima ini semua dia masih kecil!"aku menjawab dengan masih menangis.

"Ris, aku hanya bisa memberi semangat padamu tak bisa membantumu lebih banyak". Tangan Tita mengapai pundakku dan memelukku yang sedang menangis. Aku tak tahu harus bagaimana lagi ini terlalu menyakitkan bagiku. Semoga tak ada Risa-Risa yang lain yang mendapat takdir seburuk ini. Tapi Risa tetap berterima kasih pada mama papa yang merawat Risa hingga besar. Thanks Mam Thanks Pap Risa sayang kalian berdua. (ShiLby)  

No comments: